Polusi di Ibukota

Polusi di Ibukota


Polusi di Ibukota negara sudah kritis dan membahayakan bagi kesehatan masyarakat. Begitu kira-kira berita yang sedang hangat di perbincangkan.

Sebelumnya saya telah menuliskan hal yang berhubungan dengan polusi. Dimana hasil pembakaran mesin yang menggunakan fosil dapat mempercepat pemanasan global, yang kemudian bahasanya lebih keren menjadi climate change. Lihat tulisan saya Minyak Goreng dan Climate Change.

Pembahasan kali ini lebih tereskalasi spesifik kembali menyerang safety manusia dalam bentuk individu maupun komunal. Isu dan fakta yang bukan hanya melahirkan kebijakan baru dari pucuk pemerintahan tetapi akan menentukan keputusan masyarakat kedepan.

Polusi Udara di Ibukota


Dibandingkan dengan Jakarta atau BSD, Cisauk, yang disingkat menjadi nama domain blog csk.my.id ini lebih berpolutan daripada keduanya. Bukan sekedar emisi, polusi berbentuk partikel debu disini lebih amazing. Menempel dalam berbagai bentuk alas, dari muka manusia, jendela rumah dan kendaraan hingga pakaian.

Gak terkenal karena polusi bukan emisi biasa yang kita kenal seperti emisi kendaraan bermotor, pabrik, dan rumah tangga.

Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan sementara terlihat sia-sia, rumit dipraktekkan, dan perlu kesadaran masyarakat jika tanpa peraturan yang jelas. Buat saya harusnya pemerintah bertindak ekstrim jika memang dirasa polusi ini membahayakan nyawa.

Dan lagi-lagi sepertinya kebijakan selalu berbau dealing dengan ekonomi baik mungkin yang positif atau negatif. Buat kamu yang tidak tinggal di zona merah kualitas udara dipastikan tak peduli kecuali jika sudah terdampak kebijakannya, barulah teriak-teriak.

Selalu begitu, dirugikan bukan karena polusinya tapi kebijakan 'pengobatan' ala pemerintah. Sebagaimana cap kopid 2-3 tahun lalu. Tidak mati karena kopid tapi mati karena diputus kerja dan tak ada penghasilan untuk makan. Pepatah mencegah lebih baik dari mengobati tak berlaku untuk pemangku keputusan. Karena biasanya obat itu pahit untuk yang tersakiti bukan yang sakit.

WFH Untuk ASN


Kebijakan pertama, mengatur ASN agar bisa Work From Home (WFH). Buat saya agak kontradiktif karena jika pendapat sebagian orang ASN tidak produktif di kantor, apalagi di rumah?

Berapa banyak sih ASN DKI? 58 ribu orang? Apakah mereka semua menggunakan kendaraan pribadi ke kantor dan aktivitas kerja? Kenapa tidak menyarankan semua ASN menggunakan transportasi umum saja termasuk pejabat tinggi hingga tingkat eselon? Kan bagus buat contoh masyarakat.

Bagaimana setiap dinas dan kementerian mengontrol dan memonitor pegawainya yang WFH? Bagaimana pelayanan publik yang diberikan kepada warga? Seyogyanya dan sesurabayanya hal ini tentu sudah dipikirkan pemerintah.

Penerapan Tilang Kendaraan Tak Uji Emisi

Jujur saja saya baru tahu kalo sepeda motor itu harus diuji emisikan. Sengebul-ngebulnya knalpot motor paling yang telat ganti oli, tapi kan emisi gak cuma yang terlihat. Konon katanya asap kendaraan bermesin diesel yang suka buang angin warna pekat justru lebih rendah emisinya dibanding yang tidak mengeluarkan asap hitam? Bener gak tuh?

Pertanyaan besar, seberapa kuat iman pegawai uji emisi untuk bisa menahan godaan suap meloloskan uji kendaraan. Apakah ada landasan hukum penerapan tilang karena tidak lolos emisi? Apakah kendaraan pejabat sudah minim emisi?

Anjuran Kendaraan Listrik


Kalo yang ini pikiran kotor saya menganggap bahwa bisa jadi merupakan agenda global, agar kendaraan listrik cepat laku. Maklum saya termasuk ahlul konspirasi. Apapun yang ujungnya keuntungan sebagian (pengusaha) dan kerugian (masyarakat) bisa dikatakan konspirasi.

Kendaraan listrik sudah menjamur di kampung saya. Sudah merata hampir di tiap rumah punya sepeda listrik, biasanya emak-emak atau bocah SD yang pake. Dari mana sumber tenaga kendaraan listrik? Ya jelas dari listrik. Bagaimana listrik dihasilkan? Ya dengan tenaga lain seperti air, uap, gas bumi, dan nuklir.

Pembangkit listrik tenaga uap membakar batubara yang kemudian jadi tenaga listrik. Saat kamu menggunakan kendaraan listrik apakah PLN tidak lagi rugi? Yang untung adalah perusahaan batubara. Kita ratusan juta orang menabung koin untuk kekayaan perusahaan batubara.

Kendaraan listrik menggunakan baterai di dalamnya. Saat kamu menggunakan kendaraan listrik, kerusakan alam semakin menjadi karena pengerukan tanah semakin gencar untuk mencari nikel sebagai salah satu bahan baterai mobil listrik.

Kan pakai bahan bakar fosil juga sama aja bang merusak alam? Apa? Bahan bakar fosil? Fosil apa? Fosil kencing kuda jadi minyak dan bensin gitu? Perubahan kimia apa yang terjadi saat tulang belulang itu katanya bisa jadi minyak? Terus tulang manusia juga bisa jadi minyak gitu?

Terlalu banyak teori untuk membenarkan semuanya. Ya mau gimana lagi, gak nyampe otak saya.

Percepat Pembangunan IKN


Apakah isue dan fakta kualitas udara ini bisa menjadi alasan agar pemindahan ibukota dilanjutkan oleh presiden selanjutnya? Entahlah. Yang pasti triliunan rupiah sudah dialokasikan untuk itu ditambah pulau Kalimantan masih kaya hutan sehingga lebih minim polusi.

Gak ada hubungannya polusi udara ibukota dengan IKN. Maaf saya lagi ngawur.

Saya sendiri punya pendapat untuk mengatasi polusi udara. Bukan cuma pembatasan jumlah kendaraan yang ada tapi juga membatasi produksi kendaraan hari-hari berikutnya. Toh katanya beberapa negara Eropa berhasil melakukan langkah ini.

Kan suka ada tuh koar-koar polusi, emisi kendaraan, tapi hari-hari gagah bawa Fajero atau Portuner. Caduk.

Polusi ini bisa jadi bisnis kalau kamu sudah punya jiwa kapitalis. Dan lama-lama kamu jadi anggota elit global. Mari gunakan kendaraan listrik agar minyak bumi digunakan untuk kebutuhan eksplorasi bumi yang belum diketahui kebenaran bentuknya seperti apa.

Kerusakan di muka bumi ini adalah karena tangan manusia, tapi yang terluka bukan hanya manusia tetapi seluruh makhluk di alam raya.

Salam.


Tidak ada komentar:

Komentar Anda mencerminkan kualitas akal Anda

Diberdayakan oleh Blogger.