Vaksin Kosong dan Konspirasi

Saya suka membahas ini, karena saya ahlul konspirasi. Saya adalah penganut bumi datar dimana setelah itu saya selalu mempertanyakan banyak hal, terlebih jika ada peristiwa yang menyebabkan keuntungan besar satu pihak seperti Covid-19 dan vaksin.



Kita abaikan dulu konspirasi covid, mari kita fokus pada kasus 'kriminal' terkait covid yaitu penyuntikan vaksin kosong. Kasus ini makin menjadi perhatian karena yang disuntik vaksin adalah anak-anak sekolah dasar yang sedang berupaya keluar dari peraturan ketat sekolah online.

Motif Vaksin Kosong


Ada beberapa kecurigaan yang tak mendasar dan bisa kita bahas terkait dokter dan suster yang menyuntikkan vaksin kosong. Pada prakteknya, sang dokter hanya menusukkan jarum suntik kepada siswa tanpa ada cairan vaksin bahkan angin/udara yang masuk ke tubuh anak-anak tersebut.

Lalu bagaimana dengan dosis yang biasanya tersedia dalam ukuran botol kecil? Bisa saja sang perawat menyamarkan itu, seolah yang diberikan ke dokter adalah kemasan yang berisi dosis namun faktanya botol kosong. Atau botol isi dosis tapi dokter tidak menarik jarum suntiknya sehingga tak ada cairan di dalam jarum suntik. Hal ini dikuatkan dengan bukti foto yang beredar di internet.

Saat saya menulis ini saya sudah melihat sang dokter dan suster dimana keduanya berjilbab tertunduk meminta maaf pada saat konpresi pers kepolisian setempat. Apapun alasannya, tindakan ini merugikan khususnya bagi mereka yang ingin terlindung dari virus dengan vaksin. Mereka, anak-anak yang orang tuanya berharap bisa sekolah seperti biasa karena sudah mumet dengan metode belajar online.

Motif Ekonomi

Anggap saja ini buruk sangka. Sang dokter dan suster sengaja menyuntikkan 'angin' kosong agar dosis bisa digunakan alias dijual kepada publik sebagai booster alias vaksin ketiga. Tapi membaca dari sumber lain varian Omicron justru banyak menyerang yang sudah vaksin lengkap hingga booster
Kontradiksi inilah yang menyebabkan saya percaya bahwa extraordinary virus ini hanya konspirasi.

Kaya atau miskin kita butuh uang apalagi jika bisa didapat tanpa modal. Vaksin yang disediakan dengan dana ratusan trilyun oleh pemerintah dimanfaatkan dengan cerdas tapi jahat oleh oknum dokter seperti dalam kasus ini. Jika motifnya adalah ekonomi, kesengajaan untuk keuntungan maka ini jelas tindakan kriminal keji. Apakah sang dokter dan suster kurang sejahtera sehingga melakukan tindakan kriminal ini? Entahlah!

Lebih jahat lagi jika ternyata ada dalang lebih besar dimana tokoh utama sebetulnya bukan dokter atau suster tersebut melainkan sosok lain yang punya jabatan/kekuasaan lebih tinggi. Masih, entahlah!

Motif Korban Konspirasi

Ini adalah motif terbodoh dalam konsensus manusia jaman sekarang yang tak mengedepankan penasaran, pertanyaan, dan pemikiran logika. Oknum tenaga kesehatan ini bisa jadi sudah tercuci otaknya oleh tontonan dan materi konspirasi di internet, khususnya sosial media. Atau mereka adalah pengikut mantan menteri kesehatan yang dijebloskan ke penjara? Mantan menteri yang saat ini selalu jadi sorotan terkait covid dan vaksin. Setiap pernyataannya seolah-olah membenarkan konspirasi itu ada dan teori konspirasi itu benar adanya.

Lihatlah kanal Youtube Bossman Mardigu, disuspend berkali-kali karena pernah menganggap virus ini buatan sengaja untuk mengontrol umat manusia. Lihat juga kanal teori konspirasi bumi datar FE101 yang dibanned permanen oleh Youtube karena informasi konspirasi. Informasi yang dianggap menyesatkan dan membahayakan manusia plus membasmi upaya kritis serta naluri kritis manusia di seluruh dunia.

Sang dokter tidak ingin anak-anak 'diracuni' vaksin yang katanya bisa mengontrol manusia karena mengandung microchip/nanochip pada tubuh manusia. Faktanya dengan PeduliLindungi kita diintai juga ada dimana, kumpul berapa orang, dan lain sebagainya. Pernah dengar juga data di aplikasi ini mau dibuat sebagai big data? Apa kalian mengerti tujuannya apa? Silakan komen jika belum paham.
Mungkin dia ingin membuktikan apakah jika disuntik vaksin kosong akan terjadi lagi kasus anak SD meninggal dunia setelah divaksin? Entahlah!

Atau sang dokter melakukan hal ini karena permintaan orang tua murid? Yang mau sekolah normal tapi tidak rela anaknya disuntik vaksin? Mungkin sang dokter dan orangtua satu aliran penganut konspirasi. Sehingga melakukan fake vaksinasi bisa jadi jalan terbaik, sayangnya ada yang mendokumentasikan dan tersebar.

Kasus yang mirip namun objektifnya sama yaitu saat ada beberapa orang yang ditangkap pihak berwajib karena jadi joki vaksin. Orang ini beberapa kali disuntik vaksin untuk orang lain. Toh kita saja, kalo wajib vaksin bukan syarat ini itu tentunya tidak mau divaksin meski itu gratis, iya kan? Bahkan kita dengan ikhlas jika ternyata NIK sudah dipakai orang lain dengan vaksin lengkap pula! Tidak perlu vaksin tapi punya bukti vaksin lengkap, bebas bisa masuk mall, layanan publik, jalan-jalan dan lain-lain.

Menurut saya media tidak perlu membesarkan berita seperti ini lagi. Masyarakat sudah muak dengan virus yang sudah mutan jadi bermacam-macam varian. Lebih baik media mulai memberitakan climate change yang akan menjadi pandemi jilid 2, selamat menantikan!

Tidak ada komentar:

Komentar Anda mencerminkan kualitas akal Anda

Diberdayakan oleh Blogger.