MotoGP dan Peraturan Indonesia

Kurang dari sebulan lagi test pramusim MotoGP akan segera di gelar. Spesial tuan rumah test pramusim kali ini adalah Mandalika, sirkuit baru kebanggaan Indonesia.

Sebelumnya beredar informasi bahwa penyelenggara MotoGP, Dorna, menolak menyelenggarakan balapan di negara yang menerapkan karantina 14 hari, dan dipastikan pernyataan itu ditujukan untuk Indonesia yang menjadi tuan rumah test pramusim.


Sejak tulisan ini dimuat, test pramusim dipastikan tetap akan berlangsung di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.

Impian Indonesia


Menggelar event syarat pengakuan internasional adalah impian setiap negara termasuk Indonesia. Kebanyak event tersebut adalah bidang industri hiburan dan olahraga. Bagaimana ngilernya Indonesia jadi tuan rumah sepak bola piala dunia, bukan hanya gengsi, karena tuan rumah otomatis lolos ke putaran final tanpa harus berjuang dan dipermalukan di fase kualifikasi.

Jika itu tujuannya, sangatlah betul kita menjadi tuan rumah dengan memiliki infrastruktur lengkap sebagaimana yang dibutuhkan event tersebut. Seperti dalam sepak bola yang harus menyiapkan puluhan stadion menjadi kelas internasional, pun halnya dalam adu cepat MotoGP.

Impian sebenarnya adalah mencetak tim sepakbola agar lolos piala dunia, apalah daya di level Asia Tenggara saja masih langganan juara dua. Sebutlah nama Doni Tata atau beberapa nama lain yang sudah pernah dan masih mencoba adu skill balap dengan puluhan pebalap dunia di MotoGP kelas 2. Sayang, teknologi mesin motor Yamaha nomor 45 yang ditungganginya sudah ketinggalan jauh dengan pebalap lain yang didukung langsung pabrikan atau sponsor besar penyedia dana.

Bukan sepenuhnya salah Doni Tata. Di event balap lain seperti Formula 1, Rio Haryanto, butuh sponsor besar untuk mengusung bakatnya agar dapat bersaing dengan Kimi Raikkonen atau Lewis Hamilton. Apalah daya, sponsor sulit di dapat dan pemerintah pun kemampuannya terbatas.

Ekonomi Khusus


Salah satu program pemerintah yang menjadi dukungan kuat pembangunan sirkuit Mandalika dan penyelenggaraan event MotoGP dan Superbike. UMKM digadang-gadang akan terbantu dengan adanya event ini.

Kita pun patut bangga dengan masuknya beberpaa usaha kecil yang jadi ikon Mandalika bahkan kalau bisa kita ikut serta di dalamnya.

Karantina dan Travel Bubble


Tak ingin event ini terlewatkan ditambah tak mau dipermalukan diancam penyelenggara MotoGP, Dorna, pemerintah akhirnya dengan tegas mengubah aturan wajib karantina dengan memberlakukan adanya Travel Bubble. Travel Bubble diharapkan bisa jadi solusi tetap terselenggaranya event keren ini plus terjaganya martabat pemerintahan dalam menangani pandemi.

Apa itu Travel Bubble?
Masih kita ingat kejadian piala AFF di Singapura dimana 4 pemain Indonesia dilarang bertanding karena melanggar Travel Bubble, lantas seperti apa Travel Bubble itu?

Travel Bubble adalah aturan yang meniadakan kewajiban isolasi pagi pendatang dari luar negeri. Pendatang tidak boleh melewati area khusus yang diatur untuk beraktivitas dimana dia hanya bisa ditempat itu-itu saja dan hanya bisa bertemu orang yang sama. Artinya sesorang dari luar negeri tidak bisa bertemu orang lain di luar kawasan bubble yang sudah ditentukan. Definisnya mudah, tapi pelaksanaannya bisa saja sebatas formalitas untuk memenuhi kebutuhan legal.

Kalau orang yang berpartisipasi dalam event MotoGP ini tidak bisa berinteraksi dengan orang lain diluar wilayah Travel Bubble bagaimana bisa memastikan UMKM bisa terbantu? Warung-warung klontong, PKL jajanan khas daerah setempat, dan toko merchandise bisa ada yang mengunjungi dan bisa laku terjual?

Kan ada UMKM yang ditempatkan di area sirkuit. Benarkah itu bisa mengakomodir semua UMKM setempat dan bisa menggerakkan ekonomi secara massal? Saya kira ini sebuah pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan kata-kata diplomatis.

Nyatanya, peraturan pemerintah bisa berubah demi keuntungan tapi bisa jadi tidak menguntungkan untuk mereka (UMKM) yang tidak beruntung karena tidak berada di merchandise area sirkuit Mandalika.

Salam.

Tidak ada komentar:

Komentar Anda mencerminkan kualitas akal Anda

Diberdayakan oleh Blogger.