Minyak Goreng dan Climate Change

Alhamdulillah saya sudah melihat informasi bahwa minyak goreng akan turun lagi harganya menjadi 11 ribu/liter. Saat ini harga stabil di 14 ribu/liter dimana sebelumnya sempat melambung tinggi hingga 42 ribu/liter.


Tingginya harga kebutuhan pokok rumah tangga ini sempat dikeluhkan ibu-ibu dan pengusaha makanan yang menggunakan minyak goreng sebagai bahan utama. Saat harga tertinggi, gorengan di kampung saya naik harganya. Biasanya Rp 5000 bisa dpaat 5 buah sekarang cuma 4 buah. Anehnya setelah harga turun, harga gorengan tetap sama.

Sebagian besar kita mungkin tak peduli kenapa harga minyak goreng naik?

Harga CPO Dunia Naik


Harga Crude Palm Oil (CPO) dunia naik karena produksinya sedikit ditambah perubahan cuaca yang menghambat produksi dan pasokan CPO dunia.

Sungguh aneh kenaikan harga ini karena Indonesia merupakan penghasil minyak sawit nomor satu di dunia disusul Malaysia, Thailand, Kolumbia, dan Nigeria.

Kenaikan harga ini, menurut saya, berhubungan dengan berhasilnya Indonesia meningkatkan teknologi ramah lingkungan yang bisa mengurangi polusi industri dan kendaraan bermotor. 

Program Biodiesel

Pemerintah memiliki program B30 yakni mewajibkan pencampuran 30% Biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis Solar. Tekanan swasta dengan dalih mengembalikan dan menstabilkan harga minyak goreng agar program B30 dikurangi menjadi B20 yang mungkin saja adalah presure dari luar negeri agar Indonesia tidak berada paling depan mengurangi emisi.

Lantas, apa itu biodiesel?

Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari bahan alami yang terbarukan seperti minyak nabati dan hewani.

Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk kendaraan bermesin diesel. Biodiesel tidak mengandung bahan bakar minyak bumi, tadi dapat dicampur sesuai perbandingan tertentu. Biodiesel mudah digunakan, dapat diuraikan secara alami, dan tidak beracun.

Saat ini, sumber bahan utama biodiesel adalah kelapa sawit sejalan dengan besarnya produksi CPO Indonesia, terbesar di dunia. Selain kelapa sawit, Indonesia kaya bahan biodiesel lainnya dari tumbuhan yang mungkin sudah kita kenal hanya saja kandungan minyaknya berbeda-beda, yaitu:

  • jarak pagar
  • sawit
  • randu
  • kelapa
  • kecipir
  • kelor
  • kusambi
  • nimba
  • saga utan
  • akar kepayang
  • gatep pait
  • kepoh
  • ketiau
  • nyamplung
  • randu alas
  • seminai
  • siur
  • tengkawang terindak
  • bidaro
  • bintaro
  • bulangan
  • cerakin
  • kampis
  • kemiri cina
  • nagasari
  • sirsak
  • srikaya
(sumber: BPPT)

Penggunaan B30 (Solar dengan kadar Biodiesel 30%) menunjukkan penurunan emisi rata-rata CO 25.35%, NOx + THC 10.82%, Partikulat 42.02%, dan opasitas 23.5% dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan dari penggunaan solar.

Climate Change Issue


Salah satu isu climate change atau perubahaan iklim adalah pengurangan emisi karbon di udara yang berasal dari polusi industri dan transportasi (kendaraan bermotor). Pengurangan bahan bakar dari fosil sudah mulai digembor-gemborkan termasuk pengurangan penggunaan batubara untuk listrik.

Kendaraan listrik atau mobil listrik adalah objek utama yang akan meningkat saat climate change ini lebih besar propagandanya. Manusia di bumi dipaksa meninggalkan bahan bakar fosil untuk kendaraan, diganti kendaraan tenaga listrik. Bahan bakar fosil akan sangat mahal harganya sehingga mau tak mau kita beralih ke kendaraan listrik.

Indonesia sebagai penghasil biodiesel terbesar di dunia bisa jadi batu sandungan propaganda climate change. Menggunakan bahan bakar dari minyak nabati yang ramah lingkungan tentu menjadi pesaing kendaraan masa depan. Kendaraan dengan bahan bakar fosil akan musnah, tidak diproduksi lagi kecuali di Indonesia. Itu pun jika program biodiesel berhasil dan emisi terkendali serta bebas tekanan asing.

Apa hubungannya biodiesel dan harga minyak goreng?

Jika program biodiesel Indonesia yang bahannya sama dengan minyak goreng (sawit) berhasil, maka Indonesia terdepan dalam antisipasi perubahan iklim akibat emisi karbon. Namun supply untuk biodiesel harus lebih besar dari supply untuk kebutuhan rumah tangga hingga menyebabkan pasokan langka dan pasti harganya mahal.

Pemerintah menurunkan harga minyak goreng hingga 11-14 ribu/liter bisa jadi karena pengurangan supply untuk program biodiesel. Artinya, rakyat Indonesia dipaksa ikut serta mengantisipasi climate change dengan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Dengan kata lain kita dipaksa membeli kendaraan listrik, bukan menggunakan solusi alternatif biodiesel dalam menurunkan tingkat emisi.

Menurut saya, sebaiknya kita dorong pemerintah agar mensukseskan program biodiesel ini. Kita mesti legowo mengurangi konsumsi makanan yang digoreng. Selain untuk kehidupan kita di masa yang akan datang, sering makan makanan yang digoreng juga tak bagus untuk kesehatan.

Bayangkan 5-10 tahun lagi kita masih menikmati gorengan murah tapi harus mengganti kendaraan ke tenaga listrik yang diwajibkan pemerintah.

Saya sendiri memilih 5-20 tahun lagi masih bisa pakai kendaraan saya sekarang, mobil atau motor, bedanya bahan bakarnya adalah minyak goreng a.k.a B100 (biodiesel 100%) minyak nabati tanpa campuran bahan bakar fosil.

Bagaimana menurutmu? Salam.

Tidak ada komentar:

Komentar Anda mencerminkan kualitas akal Anda

Diberdayakan oleh Blogger.